sahabatku yang hebat
Sejak muda, saya suka berdagang. Dasarnya memang keluarga dari garis keturunan kakek, nenek, budhe, rata-rata adalah pedagang. Ketika SD, sepanjang Ramadan saya membuka dasaran di depan rumah, jualan petasan dan kembang api. Saat SMP, saya membantu orangtua “kulakan” di Pasar Karangayu, kebetulan di rumah ada warung kelontong.
Ketika mahasiswa dan sudah menjadi reporter muda di sebuah media, saya ketemu Kang Chamim, adik angkatan saya, kami nekat menjadi agen dan loper majalah bagi mahasiswa-mahasiswi sekampus kami.
Dalam minggu-minggu ini, nostalgia seperti menjadi agen majalah kembali terulang. Saya diajak Then Must Benzol, kawan SMA, mengageni sebuah produk sabun yang luar biasa larisnya. Pembeli pertama saya Endah S. Trusthi dari Yogya. Pemborong terbesar saya Arris Arris Arris Ac, teman SMP saya.Pembeli terjauh saya Didik M. Riyadi dan Neni Trianawati Erriawan, yang kini tinggal di Bengkalis, Riau.
Pada dasarnya saya suka berdagang. Meski marginnya kecil dibanding kerja utama di media, saya selalu menikmatinya. Ada yang support, ada yang sinis, ada yang salut ada yang biasa-biasa saja. Yang pasti mulai tercium aroma wangi di rumahku. Aroma rempah dan buah dari potongan sabun di kardus-kardus itu.
Bagaimana cara jualannya? Ah, itu juga karena kebaikan teman-teman yang ingin menguatkan semangatku saja.
Apakah sudah tidak punya pekerjaan ? Masih, sebentar lagi produksi company profile sebuah perguruan tinggi ternama, menjadi pelaksana produksi film epic “Hetami,” dan mengerjakan beberapa magazine ruitin. Kenapa kok jualan ? Aku sedang ingin saja. Bagaimana harus berhenti kalau rata-rata tiap harinya terjual 80 potong dengan cara bercanda?
Ditulis oleh : Handry TM sahabat sekaligus pendorong kreasiku